JURNAL
Etika
Bisnis
Etika
dan Estetika dalam Iklan Klinik Tong Fang
NAMA : KUNTHI RATU
NPM : 14211035
KELAS : 4EA17
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
ABSTRAK
Kunthi Ratu Jimat,
14211035
ETIKA DAN ESTETIKA
DALAM IKLAN KLINIK TON FANG
JURNAL. Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2014
Kata Kunci : Etika,
Estetika, Promosi, Iklan, TCM, Klinik Tong Fang
Perkembangan dunia
pengobatan alternative kini sangat pesat, muncul banyak sekali klinik yang
menawarkan pengobatan alternatif. Rumah sakit dan dokter dirasa kurang cukup
untuk dapat mengatasi penyakit yang diderita oleh kebanyakan orang di
Indonesia, dilain hal adalah biaya yang sangat tinggi.
Klinik Tong Fang adalah sebuah klinik pengobatan TCM atau
Traditional Chinese Medicine yang berlokasi di Kelapa Gading yang
didirikan sejak tahun 2010. Pada tahun 2012 klinik ini pernah menayangkan iklannya
di berbagai stasiun televisi di Indonesia kemudian iklan ini tidak ditayangkan
lagi karena telah ditegur oleh KPI dan juga merusak profesi dokter.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada
zaman sekarang banyak sekali masyarakat yang menderita berbagai macam penyakit,
baik penyakit ringan maupun penyakit berat. Penyakit tersebut juga ada yang
dapat sembuh total, ada yang tidak. Begitu banyak orang yang menghabiskan
uangnya untuk berobat, namun tidak juga kunjung sembuh. Perkembangan medis yang
semakin pesat dirasa kurang dapat memberikan solusi terhadap penyakit mereka.
Biaya rawat inap yang tinggi dan obat yang begitu mahal membuat kebanyakan
orang tidak dapat meneruskan pengobatan. Di lain hal, ada suatu teknik
pengobatan alternative yang menwarkan kesembuhan dengan biaya yang lebih murah.
Ini
akan sangat menggiurkan bagi masyarakat yang ingin menyembuhkan penyakitnya.
Dengan tenaga dokter tidak kunjung sembuh atau obat yang begitu mahal, membuat
masyarakat beralih kepengobatan tradisional. Khususnya masyarakat Indonesia
yang masih sangat percaya tentang khasiat pengobatan alternative disbanding dengan
dokte dengan alat-alat medisnya.
Negara
yang terkenal dengan pengobatan altenatif yang mujarab adalah Cina. Di
Indonesia banyak sekali warga Cina atau keturunan Cina yang menetap. Ini
membuat semakin berkembangnya metode pengobatan dari Cina di Indonesia. Maka
muncullah tempat pengobatan alternative seperti Klinik Tong Fang.
Promosi
besar-besaran dilakukan oleh klinik tersebut demi mendapatkan pasien yang
banyak. Tidak jarang iklan di televise yang menanyangkan klinik tersebut. Namun
apakah iklan tersebut sudah baik dan efektif?
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penulisan dengan
judul “Etika dan Estetika dalam Iklan
Klinik Tong Fang”.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan
diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Apakah
iklan klinik Tong Fang sudah sesuai dengan aturan periklanan?
b. Dampak
apa yang ditimbulkan oleh iklan Klinik Tong Fang terhadap klinik tersebut?
c. Dampak
apa yang ditimbulkan oleh iklan Klinik Tong Fang terhadap masyarakat?
1.3
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pelanggaran periklanan oleh Klinik Ton Fang.
2. Untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh iklan Klinik Tong Fang terhadap klinik
tersebut.
3. Untuk
mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh iklan Klinik Tong Fang terhadap
masyarakat.
1.4
Batasan
Masalah
Dalam penulisan kali ini, penulis membatasi masalah
yaitu pada Klinik Tong Fang
1.5
Metode
Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mencari dan sekunder
dari internet dan studi kepustakaan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Marketing Mix
Menurut Philip Kotler (2009 :101) menyatakan bahwa
Marketing Mix merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan
untuk terus menerus mencapai tujuan pemasaranya di pasar sasaran.
Mc Carthy dalam Kotler dan Keller (2009:63)
mengklasifikasikan Marketing Mix menjadi empat besar kelompok yang disebut
dengan 4P tentang pemasaran yaitu Product (produk), Price (harga), Place
(tempat) dan Promotion (promosi).
2.1.2 Strategi Promosi
Menurut Kotler (2000:91), strategi adalah
“Suatu rencana permainan untuk mencapai sasaran yang dinginkan dari suatu unit
bisnis”.
Menurut Swastha dan Irawan (2008: 349): Promosi
adalah “arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan
seseorang atau organisasi kepada tindakan menciptakan pertukaran dalam
pemasaran”.
Strategi promosi menurut Moekijat (2000 : 443) :
“strategi promosi adalah kegiatan perusahaan untuk mendorong penjualan dengan
mengarahkan komunikasi-komunikasi yang meyakinkan kepada para pembeli.”
2.1.3
Promotional Mix
Di dalam pemasaran produk
terdapat beberapa strategi promosi
yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan. Kegiatan ini merupakan variabel –
variabel strategipromosi yang
disebut dengan bauran promosi (promotional
mix)
Menurut Kotler & Armstrong
(2002:656) variabel-variabel yang ada di dalampromotional mix ada lima, yaitu:
a. Periklanan
(advertising)
Segala biaya yang harus dikeluarkan sponsor untuk melakukan presentasi dan promosi non pribadi dalam bentuk
gagasan, barang atau
jasa.
jasa.
b. Penjualan
Personal (personal selling)
Presentasi pribadi oleh para wiraniaga perusahaan dalam rangka
mensukseskan penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.
c. Promosi
penjualan (sales promotion)
Insentif jangka pendek
untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu
produk atau jasa.
d. Hubungan
masyarakat (public relation)
Membangun hubungan baik
dengan publik terkait untuk memperolehdukungan, membangun "citra
perusahaan" yang baik dan menangani atau
menyingkirkan gosip, cerita dan peristiwa yang dapat merugikan.
e. Pemasaran
langsung (direct marketing)
Komunikasi langsung
dengan pelanggan yang diincar secara khusus untuk memperoleh tanggapan langsung.
2.1.4 Periklanan
2.1.4.1 Pengertian Periklanan
“Periklanan adalah komunikasi non pribadi melalui
bermacam-macam media yang dibayar oleh sebuah perusahaan bisnis atau organisasi
nirlaba atau individu yang dalam berbagai cara teridentifikasi dalam pesan
periklanan dan berharap menginformasikan atau membujuk anggota-anggota dari
pemirsa tertentu.” (Henry Simamora, 2000: 756).
Periklanan terfokus pada media massa seperti surat
kabar, televisi, radio dan papan iklan. Periklanan menawarkan keunggulan
signifikan diatas teknik promosional lainnya. Periklanan dapat menjangkau beribu-ribu
pemirsa. Meskipun orang sering kaget saat mendengar harga iklan yang bernilai
ratusan ribu rupiah per detik tayangan, tetapi sebenarnya dapat dibayangkan
berapa jumlah pemirsa yang sanggup dijangkau lewat iklan tersebut.
Banyak konsumen yang menaruh kadar prestis kepada
media massa yang digunakan dalam periklanan. Merupakan kenyataan sederhana
bahwa sebuah produk yang di iklankan secara nasional dapat mengukur citra
produk tersebut.
Inti dari periklanan itu sendiri merupakan suatu alat
yang digunakan oleh pembeli/ penjual, setiap orang termasuk lembaga non laba
atau dengan kata lain, periklanan dapat dipandang sebagai kegiatan pemasaran
kepada suatu kelompok masyarakat baik secara lisan maupun dengan penglihatan
suatu produk, jasa atau ide.
2.1.4.2
Fungsi Periklanan
Seiring pertumbuhan ekonomi iklan menjadi sangat
penting karena konsumen potensial akan memperhatikan iklan dari produk yang
dibelinya.
Menurut Terence A. Shimp (2003), secara umum
periklanan mempunyai fungsi komunikasi yang paling penting bagi perusahaan
bisnis dan organisasi lainnya yaitu:
1.
Informing (memberi informasi)
membuat konsumen sadar (aware) akan merek-merek baru, serta
memfasilitasi penciptaan citra merek yang positif.
2.
Persuading (mempersuasi) iklan
yang efektif akan mampu mempersuasi(membujuk)
pelanggan untuk mencoba produk atau jasa yang diiklankan.
3.
Reminding (mengingatkan) iklan
menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen.
Periklanan yang efektif juga meningkatkan minat konsumen terhadap merek yang
sudah ada dan pembelian sebuah merek yang mungkin tidak akan dipilihnya.
4.
Adding Value (memberikan nilai
tambah) Periklanan memberikan nilai tambah pada merek dengan mempengaruhi
persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merek dipandang lebih
elegan, bergaya, bergengsi dan lebih unggul dari tawaran pesaing.
5.
Assisting (mendampingi) peran
utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain
dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. Sebagai contoh, periklanan
mungkin digunakan sebagai alat komunikasi untuk meluncurkan promosi-promosi
penjualan seperti kupon-kupon dan undian. Peran penting lain dari periklanan
adalah membantu perwakilan dari perusahaan
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penulisan
ini adalah Klinik Tong Fang.
3.2 Pengumpulan Data
Data
yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang sudah ada,
yaitu dalam penulisan ini diambil dari internet, dan studi kepustakaan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan
Klinik Tong
Fang adalah sebuah klinik pengobatan TCM atau Traditional Chinese Medicine
yang berlokasi di Kelapa Gading yang
didirikan sejak tahun 2010. Pada tahun 2012 klinik ini pernah menayangkan iklannya
di berbagai stasiun televisi di Indonesia kemudian iklan ini tidak ditayangkan
lagi karena telah ditegur oleh KPI dan juga merusak profesi dokter.
4.2 Teknik Pengobatan
Klinik ini
menggunakan sistem pengobatan TCM yang merupakan cabang dari RS. Tong
Fang yang berada di RRC dengan menggunakan metode ramuan herbal dari RRC yang
ditempelkan di titik akupuntur atau meridian untuk membunuh sel kanker dan
setelah berberapa hari racun keluar dari telapak kaki dan minuman ramuan herbal
khas racikan klinik untuk meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat
meringankan penyakit seperti kanker, diabetes, dan gagal ginjal, tetapi
harganya terbilang cukup mahal. Menggunakan teknik perabaan, penciuman,
pemeriksaan detak jantung, dan wawancara bersama shinshe ternama dari RRC.
4.5 Kasus
4.5.1 Melanggar Perundangan Periklanan
TEMPO.CO, Jakarta - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara telah
memberi sanksi pada Klinik Tong Fang terkait iklannya. Iklan klinik pengobatan
alternatif yang berada di Kelapa Gading itu dinilai menyalahi perundangan.
"Kami sudah memanggil dan memeriksa yang bersangkutan," kata Kepala
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, Bambang Suheri, Selasa, 14 Agustus 2012.
Menurut dia, dari segi
pendirian klinik, metode praktek dan bahan baku obat, Klinik Tong Fang memang
telah mengantongi izin. "Jadi, yang bermasalah hanya periklanannya
saja," ujarnya. Iklan Klinik Tong Fang yang selama ini beredar, kata
Bambang, telah menyalahi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1787/Menkes/Per/XII/2010
tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan serta Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat
Tradisional.
"Kira-kira sebulan lalu
sudah kita panggil, sudah diklarifikasi dan sudah dilakukan perubahan,"
ujarnya. Ia menambahkan, "Dulu, kan, ada kalimat-kalimat testimoni yang
berlebihan seperti memuja-muja klinik tersebut. Sekarang iklan yang itu sudah
tidak ada." Begitu pula penggunaan kata dokter sebagai tenaga kesehatan di
klinik tersebut telah dihilangkan dalam iklan yang beredar.
Menurut Bambang, ada
sejumlah pengobatan tradisional lainnya yang membuat iklan serupa dengan Tong
Fang di wilayah lain. Untuk itu, ia sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
DKI dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk menindaklanjutinya. "Tapi,
menurut KPI, mereka tidak bisa berbuat apa-apa jika tidak ada laporan dari
masyarakat yang komplain," katanya.
4.5.2 Laporkan
ke Dinkes jika Obat tidak Mujarab
Dinas Kesehatan Daerah Khusus
Ibukota Jakarta mendorong masyarakat, yang merasa dirugikan oleh maraknya iklan
klinik tradisional, untuk membuat laporan resmi.
"Yang mau mengadu silahkan kirimkan aduan tertulis ke Dinkes, nanti akan kami tindak lanjuti," kata Kepala Dinkes DKI Jakarta, Dien Emawati, Rabu (15/08)
Dien mengatakan jika ada masyarakat yang merasa dirugikan, dan merasa kesehatannya terancam dengan berobat ke klinik tradisional, seperti klinik Tong Fang, maka hal itu sangat dimungkinkan untuk diproses secara legal.Sejauh ini, menurut Dien, belum ada laporan secara resmi kepada Dinkes, yang mengeluhkan layanan kesehatan yang diberikan oleh klinik-klinik tersebut.
"Yang mau mengadu silahkan kirimkan aduan tertulis ke Dinkes, nanti akan kami tindak lanjuti," kata Kepala Dinkes DKI Jakarta, Dien Emawati, Rabu (15/08)
Dien mengatakan jika ada masyarakat yang merasa dirugikan, dan merasa kesehatannya terancam dengan berobat ke klinik tradisional, seperti klinik Tong Fang, maka hal itu sangat dimungkinkan untuk diproses secara legal.Sejauh ini, menurut Dien, belum ada laporan secara resmi kepada Dinkes, yang mengeluhkan layanan kesehatan yang diberikan oleh klinik-klinik tersebut.
Komisioner Komisi Penyiaran
Indonesia, Nina Muthmainah, mengatakan KPI menerima banyak aduan mengenai
klinik-klinik tradisional tersebut, baik dari pasien maupun dokter. Namun menurut
Nina KPI tidak berwenang menindaklanjuti masalah di luar penayangan iklan.
Belakangan ini klinik-klinik
tradisional ramai dibicarakan, karena iklan-iklannya yang dianggap meresahkan
dan memberi ekspektasi yang tidak masuk akal. Kemenkes
mengatakan iklan-iklan tersebut telah melanggar peraturan Menteri Kesehatan
No1787 tahun 2010 mengenai tata tertib iklan layanan masyarakat.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Iklan Klinik Tong Fang yang
selama ini beredar, telah menyalahi Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1787/Menkes/Per/XII/2010
tentang Iklan dan Publikasi Pelayanan Kesehatan serta Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat
Tradisional.
2. Dampak
yang ditimbulkan oleh iklan Klinik Tong Fang terhadap klinik tersebut, yaitu
diberi surat panggilan dan diperiksa oleh KPI.
3. Dampak
yang ditimbulkan oleh iklan Klinik Tong Fang terhadap masyarakat, yaitu dianggap meresahkan
dan memberi ekspektasi yang tidak masuk akal.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang
didapat, penulis memberikan saran :
1. Sebaiknya
Klinik Ton Fang membuat iklan yang tidak menyalahi aturan periklanan.
2. Sebaiknya
Klinik Tong fang tidak membuat kesan ekspektasi yang tidak masuk akal dalam
iklannya agar tidak dicap sebagai penipu.
3. Sebelum
iklan ditayangkan, KPI harus lebih memperketat perizinan penayangan iklan agar
tidak terjadi hal seperti ini lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen pemasaran, Edisi 13 Jilid 1. Jakarta.
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen pemasaran, Edisi 13 Jilid 2. Jakarta
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/02/pengertian-dan-fungsi-periklanan.html
https://asyachroni.wordpress.com/tag/philip-kotler/
http://blogger-viens.blogspot.com/2013/01/strategi-promosi.html
http://www.beritasatu.com/nusantara/66352-laporkan-tong-fang-ke-dinkes-jika-tidak
mujarab.html
http://www.tempo.co/read/news/2012/08/14/214423358/Gara-Gara-Iklan-Klinik-Tong-Fang-Dapat-Sanksi
http://id.wikipedia.org/wiki/Klinik_Tong_Fang
gunadarma.ac.id
baak.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar