Kepribadian
adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang.
Perilaku Konsumen
adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang medasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
B. Karakteristik Pribadi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan pembelian dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:
1. Umur dan Tahapan dalam Siklus
Tinggi rendahnya umur seseorang mempengaruhi keputusan pembelian, biasanya minat dalam suatu produk misalnya, selera makanan, pakaian, mobil dan rekreasi.
Tahapan dalam siklus hidup keluarga konsumen merupakan urutan yang teratur mengalami perubahan dalam mengkonsumsi suatu produk, dimana proses ini berkembang melalui kedewasaan, pengamanan, perubahan pendapatan serta status pekerjaan dan pernikahan (keluarga), seperti: menikah atau belum menikah, punya anak maupun tidak punya anak.
2. Keadaan Ekonomi
maksud dari keadaan ekonomi disini adalah pendapatan yang dibelanjakan, tabungan dan hartanya dan lawan sifat menabung dan kemampuan untuk meminjam.
3. Kepribadian dan Konsep Diri
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.
Dan konsep diri merupakan bagaimana konsumen mengekspresika diri mereka sendiri, dimana konsepsi diri ini dapat meliputi sikap, persepsi, keyakinan dan evaluasi diri. Meskipun konsepsi diri bisa berubah, maka perubahan tersebut biasanya bertahap. Keberadaan konsepsi atau persepsi konsumen terhadap suatu produk mempengaruhi motivasi konsumen untuk belajar tentang bagaimana berbelanja, dan membeli suatu produk dan merek yang tepat.
4. Gaya Hidup
Pada tahap selanjutnya kepribadian dan konsepsi diri konsumen dapat mencerminkan gaya hidup seseorang. Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang terhadap keputusan membeli suatu produk. Gaya hidup menggambarkan seseorang tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungannya.
C. Teori - Teori Kepribadian
Ada 4 teori kepribadian, yaitu:
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
a. Freud
Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis inividu yang menjadi kebutuhan instrinsik individu untuk pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego dan superego.
Id bekerja menggunkan prinsip kesenangan, mencari pemuasan segera impuls biologis.
Ego mematuhi prinsip realita, menunda pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat.
Seperego (hati nurani: suara hati) memiliki standar moral pada individu.
Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego hjarus menghadapi konslik antara id (yang berisi naluri seksual dan agresif yang selalu minta disalurkan) dan superego (yang berisi larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih harus mempertimbangkan realitas didunia luar sebelum menampilkan perilaku tertentu.
b. Carl Gustav Jung
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidaksadaran kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman masa lalu dari generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran. Berbeda dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada dorongan seks
c. Erikson
Bagi Erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego dan superego, menurutnya yang terpenting bukannya dorongan seks dan bukan pula konflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan dan perilakunya dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti oada teori freud dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang menekankan aspek kepribadian yang bersifat realtif stabil atau menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu (stabil) yang menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke situasi.
a. Allport
Membedakan antara sifat umum (general trait) dan kecenderungan pribadi (personal disposition).
1. Sifat Umum
adalah dimensi sifat yang membandingkan individu satu dengan lainnya.
2. Kecenderungan Pribadi
dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu.
b. Willian Sheldom
Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi yang tempramental adalah sebagai berikut:
1. Viscerotonia
Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
2. Somatotonia
Individu yang memiliki sifat somatotonia yang tinggi memiliki sifat-sifat seperti bertualang dan berani mengambil resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang, agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung menguasai dan membuat gaduh.
3. Cerebretonia
Pribadi yang mempunya nilai cerebretonia dikatakan bersifat terttutup dan senang menyendiri, tidak menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memliki kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang dirundung masalah, ia memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnnya.
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah tekni yang digunakan untuk mengontrol perilaku.
Teknik tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Pengekangan Fisik (phsysical restraints)
Menurut Skinner, kita mengontrol perilaku melalui pengekangan fisik.
Misalnya, Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.
b. Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
c. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.
d. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.
e. Melakukan respons-respons lain (performing alternative responses)Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
f. Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.
g. Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
D. Dimensi Kepribadian
Terdapat empat model kepribadian yang lazim dikenal sebagai DISC – atau singkatan dari : dominance, influence, steadiness, and conscientiousness.
Mengenal lebih dalam keempat model ini barangkali akan membantu kita lebih efektif ketika membangun relasi dengan orang lain.
1. Dominance Style
Orang-orang yang masuk dalam model ini adalah mereka yang suka mengendalikan lingkungan mereka, serta senang menggerakkan orang-orang di sekitar mereka. Mereka adalah jenis pribadi yang suka to-the-point, tidak bertele-tele. Mereka juga senang mengambil peran penting, pembuat keputusan, problem solver, dan melaksanakan berbagai hal. Mereka cenderung menyukai posisi sebagai leader. Meskipun demikian, ketika menjadi leader, mereka cenderung akan menjadi pemimpin yang otoriter, demanding, dan kurang memiliki kesabaran serta empati pada bawahan.
Untuk menciptakan lingkungan motivasi yang benar pada model kepribadian seperti ini, kita perlu memperhatikan hal berikut:
* Pesan harus jelas, dan langsung pada pokok pembahasan ketika kita berinteraksi dengan model kepribadian seperti ini.
* Hindari hal-hal yg terlalu pribadi atau berbicara terlalu banyak yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
* Biarkan mereka tahu apa yang anda harapkan dari mereka. Jika anda harus mengarahkan mereka, berikan mereka kesempatan untuk mengambil keputusan dan berada dalam kendali.
* Terimalah kebutuhan mereka untuk variasi dan perubahan. Jika mungkin, berikan tantangan-tantangan baru, juga kesempatan untuk mengarahkan yang lain.
2. Influence Style
Orang-orang dengan model ini adalah mereka yang suka bergaul dengan orang lain, ekstrovert, dan senang berada pada lingkaran pertemanan yang luas. Mereka benar-benar menikmati berada bersama teman-temannya. Mereka tidak suka menyelesaikan sesuatu atau bekerja sendirian (single fighter). Sebaliknya, mereka lebih suka berhubungan dan bekerja dengan orang-orang daripada sendirian.
Orang-orang dengan model ini juga memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain, dan mudah melibatkan perasaan ketika menjalankan aktivitasnya. Mereka pada dasarnya orang yang penuh optimisme, antusias, dan cenderung memiliki sifat dasar yang riang. Meskipun demikian, mereka bukan orang tepat ketika harus mengerjakan tugas-tugas yang menuntut ketelitian tinggi seperti akuntansi dan keuangan. Pada sisi lain, mereka dapat menjadi best promotor untuk gagasan-gagasan baru.
Untuk memberikan motivasi bagi mereka, kita bisa melakukan hal-hal berikut:
* Berikan waktu anda untuk berinteraksi dan mendengarkan aspirasi mereka.
* Sediakan tugas dimana mereka memiliki kesempatan untuk membangun relasi dan berhubungan dengan orang lain dari beragam latar belakang
* Berikan bimbingan dan arahan yang jelas – termasuk deadline, sebab tanpa panduan ini mereka sering akan “ngelantur” dan tidak mampu menyelesaikan perkerjaan dengan tepat waktu.
3. Steadiness Style
Orang-orang dalam model ini cenderung introvert, reserve, dan quiet. Mereka adalah orang-orang yang lebih suka melakukan sesuatu secara sistematis, teratur dan bertahap. Mereka juga cendrung menyukai sesuatu yang berjalan dengan konsisten, dapat diprediksi dan lingkungan kerja yang stabil dan harmonis. Orang-orang dalam model ini juga tergolong pribadi yang sabar, dapat diandalkan dan cenderung memiliki loyalitas yang tinggi.
Pada sisi lain, mereka termasuk golongan yang kurang menyukai perubahan yang radikal dan bersifat mendadak. Juga cenderung terpaku pada sistem yang sudah berjalan; dan karena itu kurang terdorong untuk melakukan inovasi yang bersifat radikal. Ketika mereka mengalami demotivasi, mereka cenderung akan menjadi orang yang kaku, resisten dan kemudian melakukan perlawanan secara pasif.
Untuk menciptakan iklim yang positif kepada orang-orang dengan model steadiness, kita bisa melakukan hal berikut:
* Berikan mereka kesempatan untuk bekerja sama dalam tim untuk mencapai hasil yang diinginkan.
* Berikan arahan-arahan yang spesifik dan sistematis
* Ketika melakukan perubahan, pastikan dengan prosedur yang sistematis, langkah-demi- langkah dan yakinkan bahwa kekhawatiran dan kecemasan mereka tidak akan terjadi. Mereka butuh rasa aman.
* Yakinkan mereka bahwa anda telah telah berpikir matang sebelum memutusakan perubahan. Berikan mereka kesempatan atau ruang untuk menyelesaikan masalah jika terjadi secara bertahap.
4. Conscientiousness Style
Orang-orang dalam kategori ini termasuk pribadi yang menekankan akurasi dan ketelitian. Mereka cenderung menyukai sesuatu yang direncanakan dengan matang dan bersifat menyeluruh. Mereka juga cenderung suka dengan pekerjaan yang mengacu pada prosedur dan standar operasi yang baku. Orang-orang dalam kategori ini adalah pemikir yang kritis dan suka melakukan analisa untuk memastikan akurasi.
Pada sisi lain, karena cenderung terfokus pada keteraturan, pribadi dalam model ini cenderung skeptis terhadap gagasan-gagasan baru yang radikal. Mereka juga agak enggan menerima proses perubahan yang mendadak. Ketika mereka termotivasi secara negative, mereka akan menjadi sinis atau sangat kritis.
Perlakuan yang optimal untuk orang-orang dalam model ini adalah sebagai berikut:
* Memberikan tugas dimana terdapat kesempatan bagi mereka untuk mendemonstrasikan keahlian mereka
* Memberikan tugas yang menuntut akurasi dan ketelitian
* Memberikan tugas yang membutuhkan perencanaan yang matang dan bersifat komprehensif
* Ketika memberikan instruksi, harus disertai dengan data dan argumen yang rasional dan disajikan secara sistematis.
E. Gaya Hidup
- Pengertian
Berapa pengertian gaya hidup, yaitu:
1. Menurut Assael (1984)
Gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.
2. Menurut Minor dan Mowen (2002)
Gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
3. Menurut Suratno dan Rismiati (2001)
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu.
4. Dalam WHO 1998
Life style is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the interplay between an individual’s personal characteristics, social interactions, and socioeconomicand environmental living condition
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup
1. Faktor Internal, yaitu:
a. Sikap
suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku
b. Pengalaman dan Pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman
c. Kepribadian
adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
d. Konsep Diri
Konsep dirisebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.
e. Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis
f. Persepsi
proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia.
2. Faktor Eksternal, yaitu:
a. Kelompok Referensi
adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
b. Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya.
c. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama.
- Teori Gaya Hidup
adalah teori yang menyebutkan bahwa tidak semua orang memiliki gaya hidup yang sama, setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda diantara beberapa gaya hidup itu telah memaparkan bahwa banyak orang yang memiliki resiko daripada gaya hidup lainnya
a. Hindelang, Gottfredson dan Garafalo
berbicara tentang pola hidup atau kegiatan rutin yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini dipengaruhi oleh perbedaan umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pendapatan keluarga dan ras yang berkaitan dengan rutinitas sehari-hari yang rentan terhadap resiko-resiko untuk melakukan kejahatan. Gaya hidup ini sangat berpengaruh pada frekuensi orang berinteraksi dengan jenis gaya hidup tertentu.
b. Kennedy dan Forde (1990)
menunjukkan bahwa latar belakang dan karakteristik dari aktivitas sehari-hari berpengaruh pada waktu yang diluangkan dalam gaya hidup yang beresiko dimana gaya hidup tersebut akan membawa orang kejalan yang lebih berbahaya lagi.
c. Sampson dan Wooldredge (1987)
menyatakan seseorang dapat menjadi korban terhadap sebuah gaya hidup apabila mereka terus-menerus berinteraksi dengan kelompok yang memiliki potensi membahayakan dimana seseorang tersebut memiliki pertahanan diri yang lemah.
F. Nilai dan Gaya Hidup
Menurut Endang Sumantri, Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang penting dan berguna untuk menyenangkan kehidupan manusia yang dipengaruhi pengetahuan dan sikap yang ada pada diri atau hati nuraninya.
Pola yang dapat kita lihat dari nilai adalah perubahan perilaku dan alasan seseorang dalam memebelanjakan uang atau sumber daya yang mereka kelola sendiri. Semakin tinggi mereka menilai dari suatu barang dan jasa terhadap kehidupan, semakin tinggi pula apresiasi mereka dalam memandang barang dan jasa tersebut dari segi konsumsi. Sedangkan telah dijelaskan diatas, Gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
G. Menggunakan Karakteristik Gaya Hidup dalam Strategi Pemasaran
Karakteristik Gaya Hidup terbentuk melalui faktor internal dan eksternal (yang telah dijelaskan sebelumnya). Gaya hidup sendiri adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana orang membelanjakan uangnya dan mengalokasikan waktu. Disini perusahaan dapat mengidentifikasikan segmen berdasarkan karakteristik gaya hidup konsumen, mengatur ulang dan memfokuskan kembali usaha-usaha pemasarannya untuk membidik kelompok-kelompok dalam suatu ruang lingkup sambil tetap setia pada konsumen inti. Dengan memahami konsumen inti yang berada dalam target pasar, mereka berhasil menarik konsumen baru yang menguntungkan dengan cara yang efektif.
Sumber :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian
- http://kyuudreams.blogspot.com/2012/11/kepribadiannilai-dan-gaya-hidup_8.html
- http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24146/4/Chapter%20II.pdf
- http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_konsumen
- http://www.docstoc.com/docs/7196350/KEPRIBADIAN
- http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20tipe%20kepribadian%20dan%20kesadaran%20manusia.pdf
- http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-konsumen-dan-dinamika-psikologis-perilaku-konsumen/
- http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_7065.html
- http://atpsikologi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-kepribadian-ada-empat-teori.html
- http://supergareng.wordpress.com/2008/01/23/menelisik-empat-dimensi-kepribadian/
www.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar