Penalaran adalah proses berpikir dengan bantuan panca indera yang menghasilkan suatu konsep / teori dan pengertian. Proses menalar adalah terbentuknya suatu proporsi baru berdasarkan sejumlah proporsi yang ada dan dianggap benar.
B. Proporsi dalam Penalaran
Proporsi dalam penalaran ada 2, yaitu:
1. Premis (antesedens) adalah proporsi yang digunakan sebagai dasar penarik simpulan.
2. Konklusi (consequence) adalah hasil dari simpulan.
C. Macam - Macam Penalaran
Ada 2 macam penalaran, yaitu:
1. Penalaran Induktif
Penalaran Induktif adalah proses berpikir yang menghasilkan konklusi (simpulan) berbentuk umum yang ditarik berdasarkan premis khusus.
Induktif dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a. Generalisasi
Generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. ( Mundiri, 1994 : 127 ).
Ada 2 macam generalisasi, yaitu:
- Generalisasi sempurna
Generalisi sempurna adalah satu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
- Generalisi tidak sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi yang berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.
Bentuk Generalisasi ada 2 (Gorys Keraf, 1994 : 44-45), yaitu :
- Loncatan Induktif
Generalisasi yang bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Fakta-fakta tersebut atau proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yang diajukan.
- Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan, sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
b. Analogi
Analagi adalah kesimpulan tentang kebenaran sesuatu yang ditarik berdasarkan pengamatan terhadap gejala yang memiliki kemiripan.
c. Hubungan Sebab - Akibat
yaitu kesimpulan yang ditarik berdasarkan penyebab yang nyata dan masuk akal, bukan berdasarkan sikap pribadi, takhayul, prasangka, pandangan politik.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir yang menghasilkan konklusi (simpulan) berbentuk khusus yang ditarik berdasarkan premis (gejala-gejala) umum.
Deduksi menggunakan Silogisme dan Entinem sebagai alat penalarannya.
- Silogisme
Silogisme adalah proses yang menghubungkan 2 proporsi yang berlainan untuk menghasilkan sebuah simpulan.
Ketentuan silogisme, yaitu :
a. Hanya memliki 3 proporsi (2 premis dan 1 konklusi)
b. Jika mengandung permis positif dan negatif, maka simpulannya negatif.
- Entinem
Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme. Tetapi di dalam entimem premisnya dihilangkan / tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui
D. Salah Nalar
Kekeliruan dalam proses berpikir karena emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Macam - macam salah nalar, yaitu:
1. Generalisasi yang terlalu luas
contoh : semua wanita tidak berhijab bukan merupakan orang islam.
2. Kerancuan Analogi
contoh : Negara adalah kapal berlayar menuju tanah harapan.
3. Kekeliruan Kausalitas
contoh : Saya tidak bisa menari karena saya bukan keturunan penari.
4. Kesalahan relevansi
contoh : saya membencinya karena dia lebih tampan dari saya.
5. Pembenaran
contoh : Memang semua begitu.
6. Kurang memahami persoalan
7. Prestise seseorang
E. Konsep dan Simbol Penalaran
Penalaran adalah aktivitas pikiran yang abstrak, sehingga dibutuhkan media untuk mewujudkannya, yang disebut simbol / lambang.
Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.
F. Syarat - Syarat Kebanaran dalam Penalaran
Kebenaran dlalam penalaran dapat dicapai jika syarat – syarat sebagai berikut :
F. Syarat - Syarat Kebanaran dalam Penalaran
Kebenaran dlalam penalaran dapat dicapai jika syarat – syarat sebagai berikut :
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan - aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Dafta Pustaka :
URL : http://qndutz-babyqu.blogspot.com/2013/03/pengertian-penalaran-induktif-dan.html
URL : http://wind486.wordpress.com/2010/04/02/32/
URL : http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-premis/
URL : http://lintangkhemashinta.blogspot.com/2011/03/materi-1-penalaran-bahasa-indonesia.html
URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
URL : http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2012/04/definisi-penalaran-induktif-dan-contohnya/
URL : http://p4tkmatematika.org/2013/12/penalaran-dengan-analogi-pengertiannya-dan-mengapa-penting/
URL : http://www.slideshare.net/hanyaqhu1/penalaran-26250841
www.gunadarma.ac.id
baak.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar